Pengertian Kurikulum & PAK menurut Para Ahli serta Sejarah Kurikulum & Perbedaan Kurikulum di Indonesia dengan di luar Negeri

10 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
    1.Harsono (2005)
Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.

2.  Prof. Drs. H. Darkir

Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.

3.  Kerr, J.F (1968)

Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.

4.  Good V.Carter (1973)

Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
5.  Inlow (1966)
Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara khusus guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang sudah ditetapkan.

6.  Neagley dan Evans (1967)

Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah pengalaman yang telah dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang baik.

7.  Hilda Taba (1962)

Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

8.  David Praff

Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan formal / pusat-pusat pelatihan pembelajaran.

9.  Saylor (1958)

Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk mempengaruhi PBM baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain, ataupun di luar sekolah.
10.Valiga, T & Magel, C
Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak para peserta didik.

Dari pengertian diatas dapat saya ambil kesimpulan bahwa Kurikulum adalah seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional, yang diekspresikan melalui praktik dapat juga dikatakan bahwa kurikulum itu alat dalam mencapai tujuan pendidikan.


10 Pengertian PAK Menurut Para Ahli

1. E.G.  Homrighausen
mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya”.

2.Menurut Warner C. Graedorf
PAK adalah “Proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid”.

 3. Hieronimus (345-420)
PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan. (Mat.5:48).

4. Agustinus (345-430)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya  “melihat Allah” dan “hidup bahagia.”

  5. Martin Luther (1483-1548)
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.

6. John Calvin (1509-1664) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka:
1.      Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh kudus.
2.      Mengambil bagian dalam kebaktian dan                       memahami keesaan gereja.
3.      Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah dan kemuliaanNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

7. Campbell Wyckoff, Menyatakan bahwa PAK menyadarkan setiap orang akanAllah dan kasih4ya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri dan keadaan merekayang sebenarnya, serta bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen,memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia, dan tetap percaya pada pengharapanKristen.

8. C.L.J. Sherrill
PAK adalah pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pelajar, sehingga mereka siap menjumpai dan menjawab Allah, memperlancar komunikasi secara mendalam antarpribadi tentang keprihatinan insani serta mempertajam kemampuan menerima fakta bahwa mereka dikuasai kekuatan dan kasih Allah yang memperbaiki, menebus, dan menciptakan kembali.

 9. Sidang Raya Gereja Presbyterian USA
Pak adalah pendidikan yang bertujuan mengajar jemaat untuk menjadi murid Yesus Kristus. Mereka diharapkan dapat menemukan kehendak Allah, kemudian melaksanakannya dilungkungan setempat, nasional , internasional.

10. Gereja Kongresional, Evengelikal, Reformed bergabung di USA
PAK adalah pendidikan yang bertujuan membawa orang ke dalam Persekutuan Kristen, membimbing dalam iman dan panggilan Kristen, supaya menerima pengampunan dan kekuatan bagi kehidupan baru dari Allah dengan ucapan syukur dan ketaatan serta di mampukan bertumbuh secara matang sebagai pribadi Kristen dan menjadi orang yang setia melaksanakan panggilan gereja.

          Menurut saya PAK adalah proses pengajakan dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab atau cara pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pengajar sehingga mereka siap menjumpai Allah dan menjawab Allah. Dan juga dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


Sejarah Kurikulum di dalam Pendidikan
(Sampai kepada K13)

1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

Perbedaan Kurikulum di Indonesia dan di luar Negeri

1. Berkurangnya masa-masa bermain anak

Usia balita dan kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan bagi seorang anak, karena di waktu itu mereka dapat belajar banyak hal sembari bermain. Namun di Indonesia, pengenalan pendidikan sejak dini sudah mulai diterapkan. Bahkan ada yang masih dalam masa balita, seperti memasukkannya ke playgroup dan Taman Kanak-kanak sampai dengan pemberian kursus privat.


Hal ini disebabkan ada persyaratan khusus ketika sang anak akan masuk Sekolah Dasar, minimal sudah dapat membaca. Memang bagus sih, karena tujuannya agar seorang anak dapat belajar bersosialisasi dan melatih motorik dan daya pikir mereka. Namun satu imbas yang secara tidak langsung didapatkan adalah masa kanak-kanak mereka akan hilang di usia yang masih terlalu dini tersebut, mereka akan mulai mengenal stres.

Bagaimana dengan di luar negeri? Salah satu contohnya di Finlandia, seorang anak dapat mulai masuk ke jenjang pendidikan dasar ketika mereka sudah berusia 7 tahun. Sebelum itu, maka mereka dapat mengeksplorasi apa yang mereka inginkan, salah satunya adalah bermain.

2. Kelas unggulan dan kelas biasa

Mungkin di seluruh negara di luar negeri tidak mengenal sistem pembagian kelas yang berisikan anak-anak pintar saja atau disebut kelas unggulan dan kelas yang berisikan siswa atau mahasiswa biasa dengan grade standar. Rata-rata semua orang akan dikumpulkan dalam satu kelas yang hanya dibedakan berdasarkan jumlahnya saja. Seperti kelas 1A, 1B dan seterusnya. Sedangkan di Indonesia ada pembagian kelas unggulan dan non-unggulan yang justru secara tidak langsung dapat menciptakan gap atau tembok pembatas antara siswa pintar dan yang biasa.
Memang dilihat dari sudut pandang pendidikan, salah satu tujuannya adalah agar fokus siswa atau mahasiswa yang pintar tidak terpecah ketika dicampur dengan yang biasa dan mereka dapat bersaing dengan sesama orang cerdas dalam kelasnya. Namun secara tidak langsung, sisi psikologis dari yang menempati kelas unggulan dan non-unggulan tercipta. Akan ada rasa canggung dan jengah dari siswa atau mahasiswa yang ditempatkan dalam dua jenis kelas berbeda tersebut.

3. Jam belajar berlebih

Di luar negeri, jam belajar untuk hal-hal yang berbau teori sangat terbatas dan selebihnya akan diisi dengan professional development dan praktik. Hal ini sejalan seperti yang pernah dikatakan oleh mantan Ketua PAN, Amin Raiz, yang menjelaskan bahwa Indonesia masih menganut sistem spoon feeding, sehingga guru akan menjadi sumber satu-satunya.

Selain itu, tambahan-tambahan ekstrakurikuler sampai dengan kursus atau bimbingan belajar juga menambah panjang jam belajar seseorang yang mengakibatkan penat dan capek tidak hanya fisik saja, melainkan juga pikiran.


4. Masa orientasi di awal masuk sekolah

Tentunya hampir semua orang di Indonesia pernah mengalami MOS atau Masa Orientasi Sekolah atau OSPEK atau Orientasi Pengenalan Kampus. Walaupun sudah banyak kasus dan pernah diwacanakan untuk dilarang diberlakukan di semua sekolah atau universitas di Indonesia, namun kegiatan ini kerap saja dilakukan.
Di Indonesia MOS dan OSPEK selalu diisi dengan aktivitas-aktivitas yang didominasi untuk mempermalukan para orang baru. Seperti mengenakan topi dari tas plastik sampai dengan memakai kaos kaki berbeda warna. Banyak panitia yang akan mengatakan bahwa tujuannya agar orang baru tersebut dapat kuat mental dan fisik sebelum benar-benar menjadi siswa atau mahasiswa di suatu sekolah atau universitas.
Akan tetapi ditilik dari sisi fungsinya yang benar-benar berguna, apakah ada manfaat dari MOS dan OSPEK tersebut? Bahkan para orang tua juga kerap khawatir ketika anak-anak mereka akan berangkat mengikuti kegiatan tersebut.
Jika di Indonesia orientasi pengenalannya seperti itu, di luar negeri, salah satu contohnya di Amerika Serikat justru dilakukan dengan cara yang lebih positif. Para siswa atau mahasiswa baru akan diajak berkeliling dan mengikuti beberapa seminar juga kajian agar mereka lebih mengenal sekolah dan kampusnya. Tidak hanya pengenalan kampus dan sekolah saja, ada pula pemberian informasi terkait segala hal yang diberikan.

5. Hasil akhir adalah segalanya

Memang segala macam ujian akan dinilai dengan hasil akhir sebagai resultnya. Hal ini diterapkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Bahkan sampai ada standarisasi khusus yang banyak membuat para siswa pada khususnya stres dan depresi karena harus mencapai nilai minimal setara standarisasi sesuai dengan yang ditentukan pemerintah.
Di kebanyakan jenjang pendidikan di luar negeri, contohnya saja di Australia, hasil akhir bukanlah segala-galanya. Semua pendidik akan lebih menitikberatkan pada sektor prosesnya daripada hasil akhir. Jika dalam prosesnya saja berantakan, maka dapat diketahui bahwa hasil akhirnya juga amburadul.
Selain hasil akhir, dengan banyaknya materi yang diberikan dengan jam belajar yang cukup lama juga membuat seseorang tidak dapat mencerna pelajaran atau segala informasi yang diberikan karena otak terlanjur ‘panas’ dan susah untuk digunakan mengingat secara detail. Sedangkan di luar negeri, materi yang diberikan hanyalah yang berupa poin khususnya saja dan jam pendidikannya akan lebih ditikberatkan pada praktik, sehingga seorang siswa atau mahasiswa akan lebih mengerti dan paham secara langsung daripada hanya menghafal teori dan materi.

Walaupun ada beberapa poin yang menjadikan sistem dan kualitas pendidikan di Indonesia tertinggal dari banyak negara-negara di dunia, namun bukan berarti tidak ada yang dibanggakan dengan belajar di Tanah Air. Contohnya Anda tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk biaya belajar dan lain sebagainya. Tentunya semua akan menjadi satu pekerjaan rumah bagi siapa saja agar dapat mewujudkan sistem dan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi dan dapat bersaing dengan negara luar, serta dibutuhkan dukungan serta perhatian dari berbagai pihak untuk hal tersebut.

Demikian yang dapat saya sampaikan
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

"Pengertian Kurikulum dan Pengertian PAK"